Selasa, 20 September 2011

Bunyi-Bunyi Pertama Bahasa Anak (First Sounds in Children)

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pemerolehan ujaran anak merupakan salah satu tahap paling penting dalam perkembangan bahasa anak. Anak berperan secara cerdik dan kreatif dalam menyikapi bahasanya. Bahasa anak berkembang dan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Anak bukan hanya melakukan peniruan, tetapi juga mengembangkan bahasanya sendiri.
Isu utama dalam pemerolehan sistem bunyi anak adalah hubungan timbal balik antara persepsi yang mereka rasakan dengan yang mereka hasilkan (ujaran yang dihasilkan). Hal ini memunculkan pertanyaan apa persepsi yang dimiliki anak-anak sama dengan ujaran yang dihasilkan atau sebaliknya.
          Makalah yang berisi laporan buku ini disusun sebagai tugas terstruktur dalam mata kuliah Psikolinguistik pada PPs UNM yang diasuh oleh Prof. Dr. Abdullah Dollah, M.S.

B. Ruang Lingkup Masalah
Ruang lingkup bahasan ini adalah Bab X buku karya Clark and Clark “Firts Sounds in Children (Bunyi-bunyi Pertama pada anak-anak) yang meliputi; (1) persepsi bunyi-bunyi ujaran, (2) produksi bunyi-bunyi ujaran, (3) segmen-segmen dan suku kata, (4)  penyederhanaan kata dan ujaran anak, dan (4) latihan dan permainan bunyi pada anak.
BAB II
PEMBAHASAN

Father              : What does [maus] mean?
Child                : Like a cat.
Father              : Yes: What else?
Child                : Nothing else.
Father              : It part of  you.
Child                : (Disbelief)
Father              : It’s part of your head
Child                : (fascinated)
Father              : (touching child mouth) What’s this?
Child                : [maus]
  Pada dialog tersebut di atas, seorang anak belum dapat membedakan secara fonetis antara kata mouse dengan mouth. Keduanya diucapkan sama, yakni [maus]. Pada dasarnya, anak tersebut sudah memiliki refresentasi mental yang berbeda terhadap kedua kata itu ketika ayahnya mengucapkannya. Pada tahap ini, tampak persepsi anak lebih cepat berkembang dibandingkan dengan ujarannya.
 1.  Persepsi Bunyi-bunyi Ujaran
          Dalam proses pemerolehannya, anak-anak belajar mengenal bunyi bahasa dengan cara:
a.   belajar membedakan suara manusia dengan bunyi-bunyi lain,
b.   menemukan perbedaan bunyi-bunyi suara manusia dan mengindentifikasi bunyi-bunyi penting pada bahasanya lalu menggabungkannya dengan bunyi-bunyi lain dengan cara;
1)    mengidentifikasi perbedaan dan urutan-urutan bunyi berdasarkan apa yang sudah dipelajari atau diketahui
2)    cenderung memulainya pada perbedaan-perbedaan bunyi sederhana, misalnya konsonan dan vokal
 1.  1. Tanda-tanda Persepsi Ujaran
Sejak awal (sekitar usia dua minggu) bayi sudah mulai mengikuti bunyi-bunyi ujaran, sudah mulai membedakan bunyi (suara manusia) dengan suara lainnya. Misalnya, membedakan suara manusia dengan bunyi bel.
          Bayi mulai merasakan adanya perbedaan diantara bunyi-bunyi ujaran sebelum memelajari bunyi-bunyi ujaran tersebut. Kemampuan ini merupakan syarat utama dalam proses pemerolehan bunyi-bunyi ujaran pada masa berikutnya (sekitar usia 20 bulan).
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak memperoleh bunyi-bunyi ujaran sejalan dengan perkembangan usianya. Pada saat baru berusia beberapa hari, bayi sudah mulai menggerakkan kepala ke arah sumber suara yang didengarnya. Beberapa minggu kemudian, mulai membedakan bunyi-bunyi ujaran dengan suara-suara lain. Setelah berusia dua bulan, bayi sudah mulai merespon variasi emosional suara. Suara marah direspon dengan tangisan dan suara ramah direspon dengan senyuman.
Pada usia empat bulan, bayi sudah mulai membedakan suara laki-laki dengan suara perempuan. Usia enam bulan (sejak mulai meraban), bayi mulai mengamati intonasi dan ritme ujaran. Masalahnya, apakah bayi memperhatikan penanda-penanda akustik dan dapat mengelompokkan kategori-kategori sebagaimana orang dewasa? Jika ya, berarti bayi/anak-anak sudah memiliki built in feature detectors sebagai bagian dari sistem bunyi bahasa sebagaimana yang dimiliki orang dewasa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bayi juga sudah dapat membedakan tidak hanya bunyi bersuara atau tidak bersuara, melainkan juga antara tempat yang berbeda artikulasinya. Urutan-urutan dan segmen fonetik.
Hasil penelitian Shvachkm (1948) menunujukkan bahwa dalam belajar, anak-anak dapat merasakan perbedaan antara segmen-segmen bahasa rusia melalui urutan yang sistematik dari bentuk sederhana ke bentuk yang lebih kompleks.
 1.2     Persepsi Segmen-Segmen
          Svachkin mengatakan bahwa anak-anak mempelajari bunyi-bunyi kontras bila bunyi-bunyi itu berbeda maknanya. Mereka dapat membedakan satu atau dua fitur. Seperti bunyi bersuara-tidak bersuara [bak – pak] atau nasalisasi [bak-mak]. Anak mengenal oposisi yang berbeda dengan urutan berbeda (dalam bahasa Rusia). Terdapat 12 tahapan pemerolehan oposisi fonologis pada usia 10 bulan – 2 tahun.

Tabel 1
Pemerolehan Fonologi
Tahapan dalam Pemerolehan Fonologi Anak Rusia



STAGE
OPPOSITION
1a
1b
1c
[a] vs other vowel
[i] vs [u], [e] vs [o] [i] vs [o] [e] vs [u]
[i] vs [e] [u] vs [o]
2
Presence vs absence of initial consoant
e.g. [bok] vs [ok], [ek] vs [vek]
3
Nasals, liquids, and glides vs stops and fricatives
e.g. [m] – [b], [r] – [d], [n] – [g], [y] – [v]
4
Palatalized vs nonpalatalized consonants
e.g. [n]- [ñ], [b]–[b], [v]-[v], [r]-[r]
5a

5b
5c
Nasals vs liquids and glides,
e.g.[m] – [l], [m] –[r], [n] –[l], [n] –[r], [n] –[y], [m]-[y]
Intranasals distinctions, e.g. [m]-[n]
Intraliquid distinctions, e.g. [l] [r]
6
Nasal, liquids, and glides vs fricatives
e.g. [m]-[z], [n] – [z]
7
Labials and nonlabial
e.g. [b] –[d], [b] –[g], [v] –[z]
8
Stops vs fricatives
e.g. [b] – [v] , [d] – [z]
9
Alveolars vs velars
e.g. [d] – [g], [t] – [k]
10
Voiced vs voiceless
e.g. [b]-[p], [d]-[t],[g]-[k],[v]-[f],[z]-[s]
11
“Hushing” vs “hissing” sibilants
e.g. [ź] – [z], [ŝ] –[s]
12
Liquids vs glides
e.g. [r]-[y], [l] –[y]
Sumber: Shachkin (1973)

Melihat ke-12 tahapan pemerolehan oposisi fonologis yang sangat konsisten tersebut, Shvackin menyimpulkan bahwa urutan pemerolehan oposisi fonologis tersebut bersifat universal.

1.3     Persepsi Urutan
          Anak-anak tidak sekadar merasakan dan mengidentifikasi segmen-segmen fonologis yang berbeda, melainkan juga sekalus memelajari kaidah-kaidah fonologis dan selanjutnya menggabungkan segmen-segmen itu menjadi kata. Mereka sudah mengetahui bentuk kata yang besar-tidak benar berdasarkan segmen-segmen fonetik yang sudah dipelajari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada usia empat tahun, anak-anak sudah menguasai beberapa kaidah fonologis yang digunakan mengidentifikasi urutan segmen yang benar dalam pemerolehan bahasanya.

1.4     Intonasi
          Sebelum mulai menangkap segmen fonetik, bayi sudah mulai merasakan adanya intonasi-melodi ujaran. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa bayi mulai meraban dengan intonasi nada naik-turun pada usia 6 atau 9 bulan.

1.5     Tekanan
Mungkin anak-anak belum dapat merasakan tekanan ujaran dengan baik. Hal ini tersebut sulit dipastikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara usia satu sampai tiga tahun, anak-anak jarang melakukan kesalahan dalam menempatkan tekanan pada suku kata inti pada ujaran spontanitasnya, tetapi dalam penggabungan kata mungkin melakukan kekeliruan.
Suku kata yang ditekan sangat menentukan pengucapan pertama dalam ujaran mereka pada kalimat yang ditiru. Ini merupakan bukti bahwa penguasaan tekanan adalah bagian dari refresentasi mentalnya yang tersimpan.
Tekanan juga digunakan anak-anak sebagai piranti dalam menangkap informasi baru dengan cepat ketika mereka mulai menggabungkan dua kata atau lebih.
 1.6     Refresentasi Kata-kata
          Pada umumnya anak-anak cenderung menyederhanakan ucapan mereka. Anak-anak merefresentasikan kata-kata yang didengar dalam proses pemerolehan berdasarkan dua kemungkinan;
1.    Anak-anak merefresentasikan kata-katanya berdasarkan apa yang dirasakan ketika mendengar ujaran orang dewasa, jika ujaran itu tidak dapat ditiru/diproduksi maka anak-anak akan melakukan apa yang disebut adult-based refresentation (ABR)
2.    Anak-anak hanya merefresentasikan perbedaan yang dapat mereka hasilkan. Cara ini disebut child based refresentation (CBR). Masalahnya adalah, anak-anak tidak memiliki penanda (1) dalam mengindentifikasi kata-kata yang didengar dan (2) tidak mengubah cara pengucapannya.

1.6.1   Fenomena “Fis”
Masalah mendasar dalam menentukan diantara dua kemungkinan di atas adalah apakah anak-anak dapat mengindentifikasi kata-kata yang tidak dapat diucapkan? Jawabnya “dapat”. Misalnya, seseorang sedang berbicara dengan anak kecil dengan menyebut plastik tempat ikan yang digelembungkan itu dengan “fis”. Untuk menirukan pengucapan anak, orang tersebut berkata;
This is your “fis”?
No, kata anak, “my fis”.
“That is your fish?”
“Yes,”  katanya, “my “fis”

1.6.2   Adulf-Based Refresentation (ABR)
          Anak-anak dapat membedakan pasangan kata orang dewasa seperti yang mereka ucapkan. Smith mencatat bahwa anak laki-lakinya merasakan perbedaan antara mouse dengan mouth jauh sebelum ia memproduksinya.
          Persepsi anak-anak terhadap perbedaan kata-kata orang dewasa seperti pada kata mouse dengan mouth membuat berpendapat bahwa anak-anak seharusnya mempunyai refresentasi yang tersimpan tentang kata-kata yang sama dengan orang dewasa. Refresentasi pada orang dewasa ini mengambil prioritas dalam mengdentifikasi kata di atas refresentasi yang didasarkan pada pengucapan anak-anak.
          ABR tidaklah identik dengan adult’s refresentation. Anak-anak seharusnya cukup dengan mengindentifikasi makna yang didasarkan pada pengucapan orang dewasa meskipun mereka tidak dapat mengucapkannya secara persis.
          Morton dan Smith berhipotesis bahwa anak-anak menyimpan ABR dan CBR sekaligus di mana ABR memprioritaskan pada pengenalan/rekognisi.
          Dodd menemukan bahwa anak usia tiga tahun biasanya belum dapat mengucapkan dengan baik bentuk kata baru yang dimilikinya. Untuk menirukan kata-kata target, anak biasanya melakukan dengan dua kemungkinan (a) pengucapannya masih dapat diidentifikasi, misalnya shoes diucapkan su dan (b) pengucapan yang tidak dapat diidentifikasi, misalnya shoes diucapkan se. Dia menyimpulkan bahwa anak-anak tidak menyimpan pengucapan yang menyimpang/berbeda itu untuk pengenalan tetapi yang disimpan hanya yang sama dengan pengucapan orang dewasa.

1.6.3   Bunyi-bunyi Baru dan Kata-kata Lama
Jika refresentasi anak-anak didasarkan pada pengucapan orang dewasa, pengetahuan anak-anak tentang versi-versi orang dewasa seharusnya dapat diamati melalui sistem perkembangan ujarannya. Anak-anak mungkin menghabiskan waktunya beberapa hari atau minggu untuk menukar pengucapan lama dan baru sebelum mereka melakukan pengucapan sebagaimana orang dewasa.
          Fenomena “fis” pada tuturan anak dan identifikasi makna katanya merupakan suatu bukti yang meyakinkan bahwa anak-anak     yang masih kecil merasakan dan menyimpan kata-kata dalam bentuk yang lebih kompleks daripada kata yang mereka hasilkan.

2.     Produksi Bunyi-bunyi Ujaran
Pada mulanya, kita memiliki keterbasan untuk kemampuan anak dalam berbicara. Sering kita kesulitan mengidentifikasi bunyi [dus] sebagai [juice], [doti] sebagai [doggie] atau [dot] sebagai [coat] tanpa bantuan konteks dan mengenal anak tersebut. Ujaran mereka menggambarkan seberapa besar perbedaannya dengan kata-kata orang dewasa.

Tabel 2
Contoh dari Rekaman Bunyi Pertama Dua Orang Anak

HILDEGARD
DANIELS
USIA
MODEL DEWASA
PENGUCAPAN ANAK-ANAK
USIA
MODEL DEWASA
PENGUCAPAN ANAK-ANAK
0,10


0,11

1,0





1,1
there


there
tictok
ball
blumen
da
papa
pipe

ball
bimban
da
gertrude

kick
[dEi]
[dii]
[de]
[dE]
[tak]
[ba]
[bu]
[da]
[pa-pa]
[pi]
[pip]
[ba]
[bi]
[da]
[dEda]
[dƏdi]
[ti]
1,4

1,6

1,7





1,8

1,9
1,10
byebye

hi

no


hello
squirrel

nose
boot
light
car
Stevie
apple
up
[bab]
[baebae]
[hae]
[hay]
[o”o]
[no]
[nu]
[hwow]
[gae]
[gow]
[o]
[bu]
[ay]
[gar]
[iv]
[aep]
[Af]

Sumber: Leopold (1949) dan Menn (1979)

 2.1     Variabilitas Ucapan
          Paling tidak, ada dua sumber variabilitas ucapan anak (1) anak memadukan ujarannya dengan refresentasi yang dimiliki secara berkesinambungan berdasarkan ujaran orang dewasa, (2) anak senantiasa berusaha agar ujarannya dapat dipahami dengan berbagai cara/versi kata. Setelah ujarannya mendekati ujaran orang dewasa, maka jumlah variasinya berkurang dan ujaran-ujarannya semakin bermakna karena dilakukan secara sistematis dan bukan secara kebetulan.

2.2 Rabanan Bayi
          Setelah keahliannya, pada hari-hari pertama bayi memulai bahasanya dengan tangisan itu semakin bervariasi. Pada usia 3 atau 5 bulan orang tua masih kesulitan memahami makna tangisan (tangisan sakit, lapar, atau kaget) tanpa melihat penyebabnya. Namun, pada usia 7 atau 8 bulan orang tua sudah dapat membedakannya.
          Pada usia 5 atau 6, bayi sudah mulai meraban. Rabanan-rabanan itu menyerupai bahasa dan bukan sekadar teriak. Vokal dan konsonan sudah mulai dipadukan, misalnya bababa, mememe, atau gugugu yang berlangsung sampai usia 6 atau 8 bulan.

2.3 Kontinuistas dan Diskontinuitas
          Pendekatan kontinuitas beranggapan bahwa rabanan mempunyai hubungan secara langsung dengan bunyi ujaran, sedangkan pendekatan diskontinuitas beranggapan bahwa rabanan tidak mempunyai hubungan secara langsung dengan perkembangan rabanan. Mowrer (1960) mengatakan bahwa dalam meraban , bayi mengeluarkan semua bunyi yang terdapat pada bahasa-bahasa di dunia. Bunyi-bunyi rabanan, semakin lama semakin semakin berkurang sebagai akibat dari bimbingan dan arahan yang selektif dari orang tua dan pengasuh.
Tampaknya hipotesis kontinuitas tidak sesuai dengan fakta. Pertama, dari beberapa hasil pengamatan menunjukkan bahwa banyak bunyi-bunyi atau kelompok bunyi yang dihasilkan bayi justru tidak muncul ketika meraban. Misalnya, gugus konsonan str- dalam string dan –ngth dalam kata strength. Kedua, orang tua tidaklah terlalu memerhatikan bunyi ujaran bayinya. Pada akhirnya, ketika anak mulai menggunakan kata-katanya, maka bunyi rabanannya tidak lagi muncu, misalnya bunyi [l] dan [r] yang paling sering muncul pada saat meraban, ternyata jarang muncul pada kata-kata pertama anak. Bahkan, bunyi-bunyi itu paling akhir dikuasai anak.
Jacobson (1968) mengatakan bahwa pada tahap rabanan, bayi pertama-tama menghasilkan bunyi-bunyi yang bervariasi dan tidak berurutan dan tampaknya tidak mempunyai hubungan yang jelas dengan perkembangan bahasa anak. Ada beberapa masalah yang muncul terhadap argumen Jacobson tersebut (1) ternyata banyak anak tetap meraban setelah menghasilkan suatu rangkaian ujaran dan tampaknya selama beberapa bulan terjadi tumpang tindih antara rabanan dengan ujaran mereka, (2) Oller dan kelompoknya (1976) menemukan bahwa muatan fonetik yang terdapat dalam rabanan mengandung unsur-unsur makna kata, (3) sebagian anak menggunakan rabanan dalam memunculkan pola intonasi tertentu, misalnya dalam nada permintaan atau penolakan. Hal ini mengisyaratkan bahwa ada kontinuitas pada tingkat suprasegmental.
 3. Segmen-segmen dan Suku Kata
Sesudah melewati tahap rabanan, anak-anak mulai belajar menyusun segmen fonetik dalam memproduksi kata-kata sambil belajar mengucapkan rangkaian segmen, yaitu suku kata dan kata. Pada perkembangan selanjutnya, anak mulai menguasai segmen yang kontras ini secara sistematis. Misalnya, dalam bahasa Inggris voice stop [b] dan [d] kontras dengan voiceless [t] dan [d].

3.1 Penguasaan Segmen
          Pada usia satu dan satu setengah tahun, anak-anak menghasilkan kata-katanya dengan makna yang dapat dipahami, namun jumlahnya masih sangat terbatas, tetapi bunyi-bunyi yang dihasilkan pada saat meraban justru tidak muncul. Penyebabnya karena anak-anak berlatih secara rutin mengucapkan segmen secara benar dan selanjutnya beralih ke segmen yang lain.
          Satu masalah yang muncul dengan one-at-o-time tidak dapat menjelaskan mengapa pengucapan kata tertentu, misalnya [doggie] dapat berubah dari [do] menjadi [dodi] kemudian menjadi [goggie] dan akhirnya menjadi [doggie]. Salah satu alternatif dari teori tersebut adalah teori hypothesis-testing. Menurut teori, anak senantiasa mencoba beberapa hipotesis dalam berujar sampai akhirnya menghasilkan bunyi yang sebenarnya sebagaimana pada contoh kata doggie di atas.
3.2 Akuisisi Kontras
          Hipotesis Jacobson (1968) mengatakan bahwa cara anak-anak menguasai bunyi-bunyi bahasa mempunyai hubungan yang erat dengan sifat-sifat umum semua bahasa.
(1)  Secara perlahan  anak memiliki kemampuan memproduksi bunyi sebagaimana bunyi-bunyi kontras yang dikuasai orang dewasa.
(2)  Penguasaan anak terhadap urutan bunyi-bunyi kontras bersifat universal.
(3)  Diduga urutan pemerolehan bunyi-bunyi kontras ini terdapat pada semua bahasa di dunia ini dan anak-anak terlebih dahulu menguasai bunyi-bunyi kontras yang umum.
(4)  Secara terus menerus anak mencari dan menguasai seperangkat bunyi-bunyi kontras sebagaimana terdapat pada bunyi-bunyi kontras orang dewasa.

Untuk membuktikan hipotesis ini, Jacobson mengamati catatan harian pemerolehan variasi bahasa yang berbeda bagi anak-anak. Dalam catatan harian, peneliti menulis sejelas mungkin cara-cara anak mengucapkan kata-kata pada tahap yang berbeda selama dalam proses akuisisi.

3.3 Konsonan yang Kontras
          Menurut Jacobson, kontras dipelajari dengan urutan yang konsisten.
(1)  Urutan yang pertama muncul adalah antara vokal dan konsonan. Bunyi vokal pertama dihasilkan adalah vokal low front seperti [A]. seperti pada kata papa dan cat dikontraskan dengan vokal yang dihasilkan dengan lidah terangkat serapat mungkin pada langit-langit mulut dan tertutup seperti [i] pada kata pipi. Kedua vokal ini dihasilkan dengan posisi lidah di depan mulut. Kontras berikutnya adalah vokal belakang kontras dengan dua vokal depan, biasanya vokal [U].
                  
3.4 Struktur Kata
          Teori Jacobson memprediksikan bahwa kata-kata anak-anak umumnya sangat sederhana jika dibandingkan dengan kata-kata orang dewasa. Dua struktur konsonan+vokal (KV) dan konsonan vokal menghasilkan (KVKV). Menurut Lewis (1951) kenyataan ini mencapai 85%.
Tabel 3
Persentase Perbedaan Tipe Struktur Suku Kata
pada Kata Permulaan Anak-anak

STRUKTUR SUKU KATA
USIA
KV
KVK
KVKV*
KVKV+
LAINNYA
1,2
1,4
1,6
18
44
34
6
20
16
21
5
9
31
16
28
24
15
13
*Reduplikasi suku kata yang sama, seperti mama, papa
+Lainnya, seperti gegu, tiki

Jadi, tidak ada gugus konsonan awal dari akhir seperti str pada kata strip atau –sp pada kata wisp. Kenyataannya, konsonan akhir sering tidak diucapkan seperti dalam [da] untuk dog. Penggunaan konsonan oleh anak-anak bersifat simetris. Banyak konsonan dalam bahasa Inggris muncul di awal kata (pada awal suku kata), di tengah (di antara dua vokal), seperti [P] dalam kata pod, tipping, stop.

3.5 Urutan Akuisisi
          Jacobson mengurutkan tahap-tahap berbeda dalam pemerolehan ciri-ciri universal dan sistem bunyi. Hasil pengamatan Jacobson menemukan adanya perbedaan segmen antara bahasa yang satu dengan bahasa lain. Misalnya, jika satu bahasa mempunyai velar stop [g], maka terdapat pula beberapa bilabial dan dental stop [b] – [t]. Jika suatu bahasa memiliki konsonan frikatif [v-s] tidak bersuara, maka terdapat pula konsonan stop. Jika suatu bahasa mempunyai afrikat [c-j] maka bahasa tersebut memiliki pula stop dan afrikat. Stop lebih dahulu diperoleh daripada frikatif, lalu menyusul afrikatif.
          Dalam urutan akuisisi , anak-anak biasanya terlebih dahulu menguasai stop daripada prikatif [f-s]. Anak-anak sering pula mengucapkan frikatif dengan stop atau frikatif dengan dental. Misalnya, [f]-[p]: [fish]-[pis], [s]-[t]: [suit]-[tut], [c]-[t]: [chase]-[tels] atau [cherry] –[teri].

3.6. Beberapa Masalah
          Teori Jacobson hanya dapat digunakan untuk menganalisis akuisisi kontras dan tidak dapat digunakan untuk menganalisis bunyi-bunyi yang diproduksi secara individu. Oleh karena itu, diperlukan teori penguasaan target fonetik tertentu.
(1)  Apabila anak-anak dapat mengontrol kontras antara satu pasangan konsonan bersuara dan tidak bersuara [b]-[p] dan kontras antara konsonan velar dengan labial [p]-[k] mereka tidak dapat menggabungkan kedua jenis kontras ini untuk menghasilkan konsonan velar bersuara [g].
(2)  Beberapa anak, ternyata secara sistematis menghindari pengucapan kata-kata tertentu karena mengandung segmen fonetik, misalnya bunyi [p] tetapi mencoba kata yang mengandung [b] ketika kata tersebut diucapkan.
Ternyata ada pengecualian yang mencolok terhadap penyederhanaan sistematis yang dipakai anak. Seseorang anak perempuan Hidegard dapat mengatakan pretty pada saat dia menyederhanakan kata yang lain (lihat tabel 2)  dan sama sekali tidak menggunakan gugus konsonan yang lain seperti pr-. Pengucapan kata advanced ini membuktikan bahwa penyederhanaan kata pada anak bukanlah disebabkan karena ketidakmampuannya memahami dan mengucapkan rangkaian kata tertentu secara tepat.

4. Penyederhanaan Kata pada Ujaran Anak
          Dalam mempelajari ujaran orang dewasa, anak-anak menyederhanakan kata-kata yang diucapkan secara konsisten, seperti pada tabel 2. Ada empat cara yang sering digunakan anak-anak menyederhanakan kata-kata orang dewasa yang didengarnya, yaitu; (1) menghilangkan konsonan akhir, (2) mengurangi gugus konsonan, (3) menghilangkan suku kata lemah, dan (4) mengulangi suku kata.
4.1     Penghilangan Segmen Akhir (PSA)
PSA sangat umum terjadi pada ujaran anak-anak. Misalnya, ball – [ba], pipe-[pi], kick-[ti] atau boot-[but]. Segmen pada posisi awal tampaknya lebih umum dan mudah dikenal atau dibedakan anak. Dalam menghasilkan kata pertama, anak biasanya mengikuti prinsip “Mengucapkan segmen pertama dengan benar sehingga kata-katanya mudah dipahami pendengar”.

4.2     Pengurangan Gugus Konsonan
Secara teratur anak menyederhanakan gugus konsonan menjadi beberapa segmen. Mereka melakukannya dengan menghilangkan semua gugus konsonan, misalnya kata cry akan menjadi [ai], mengurangi gugus konsonan menjadi segmen tunggal sehingga kata cry menjadi [kai] atau menggantikan bunyi-bunyi lain seperti cry menjadi [kwai]. Yang paling sering dilakukan anak-anak adalah mengurangi gugus konsonan menjadi segmen tunggal. Seperti dalam contoh berikut ini.
a.   Cluster : [s] + konsonan
Contoh          :
stop             [top]
                    small            [mo]
                    slide            [laid] 
b.   Cluster: stop + liquid
Contoh:
                    clock            [gok]
                    milk             [mik]
                    bring            [biŋ]
c.    Cluster: fricative + liquid or glide
Contoh:
                    from            [fom]
                    few              [fu]
d.   Cluster: nasal + stop
Contoh:
                     bump           [bAp]
                    tent             [tEt]

4.3     Menghilangkan Suku Kata yang Bertekanan Lemah
Kira-kira umur dua tahun atau lebih, umumnyakata-kata yang dihasilkan anak terdiri atas suku kata tunggal, meskipun kata-kata yang didengar itu terdiri atas dua atau tiga suku kata dan sekaligus cenderung menghilangkan suku kata yang tidak bertekanan. Misalnya, nama Robbie (tekanan pada suku awal) diucapkan [wobi], kata awal dan tomato (tekanan pada suku kata kedua) diucapkan [we] dan [mado].
4.4     Reduplikasi
Sebagian anak menyederhanakan kata yang terdiri atas dua suku kata yang berbeda menjadi suku kata tunggal sambil mengulanginya. Misalnya, kata kitchen dengan memisah suku kata [k] dan mengulangi sehingga menjadi [kiki] atau kata [daddy] menjadi [dada].
 4.5     Mengapa Menyederhanakan?
Mengapa anak-anak selalu menyederhanakan kata-katanya? Beberapa peneliti mengajukan hipotesis walaupun tanpa disertai eksplorasi yang mendalam.
(1)  Jangka memori yang terbatas
Anak kecil memiliki keterbatasan ingatan jika dibandingkan dengan ingatan orang dewasa.Oleh karena itu, mereka mengalami kesulitan dalam mengingat kata-kata orang dewasa.

(2)  Kemampuan refresentasi yang terbatas
Anak kecil tidak mampu memunculkan rangkaian ujaran-ujaran yang kompleks. Oleh karena itu, mereka hanya menyimpan refresentasi yang sederhana yang dianggap mirip atau yang mereka anggap mendekati ucapan orang dewasa.
(3)  Kemampuan artikulasi yang terbatas
Anak-anak menghabiskan waktu cukup lama untuk mengembangkan keterampilan artikulasinya yang dibutuhkan untuk menghasilkan keselarasan antara ucapan mereka sendiri dengan ucapan orang dewasa yang telah direfresentasikan dalam ingatan mereka.

5.  Latihan dan Bermain Bunyi
          Anak-anak tidaklah menunggu saat yang tepat untuk menggunakan kata-kata yang baru didengarnya. Mereka setiap saat berlatih dengan segmen-segmen baru yang telah dikuasai. Bermain dengan pola-pola bunyi yang tampaknya sama dalam beberapa hal, menggatikan satu segmen dengan segmen lain. Setelah berkembang atau meningkat, mereka mulai berlatih dengan mengubah segmen pada akhir kata. Misalnya;
      I go dis way/way bay/baby go dis bib/all bib/bib dere/
      Back please/berries/not barries/barries, barries/not barries/berries

Observasi ini menunjukkan bahwa anak kecil umumnya menyadari bahwa apa yang sebenarnya dikatakan tidak sesuai dengan kata-kata orang dewasa. Mereka mencoba segmen dan rangkaian tertentu dan berlatih secara terus menerus sampai menguasai secara nyata perbedaan-perbedaan tersebut. Hasil ini menunjukkan reward bagi mereka sendiri. hal tersebut membuat anak semakin mudah dipahami oleh orang disekelilingnya.

 BAB III
PENUTUP

Berdasarkan pembahasan pada bagian terdahulu, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut.
1.     Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak memperoleh bunyi-bunyi ujaran sejalan dengan perkembangan usianya.
2.     Ada dua sumber variabilitas ucapan anak (a) anak memadukan ujarannya dengan refresentasi yang dimiliki secara berkesinambungan berdasarkan ujaran orang dewasa, (b) anak senantiasa berusaha agar ujarannya dapat dipahami dengan berbagai cara/versi kata.
3.     Sesudah melewati tahap rabanan, anak-anak mulai belajar menyusun segmen fonetik dalam memproduksi kata-kata sambil belajar mengucapkan rangkaian segmen, yaitu suku kata dan kata. Pada perkembangan selanjutnya, anak mulai menguasai segmen yang kontras ini secara sistematis.
4.     Ada empat cara yang sering digunakan anak-anak menyederhanakan kata-kata orang dewasa yang didengarnya, yaitu; (a) menghilangkan konsonan akhir, (b) mengurangi gugus konsonan, (c) menghilangkan suku kata lemah, dan (d) mengulangi suku kata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar